Thursday, October 17, 2013

Sejarah Tiga Mimbar Masjid Wonoyoso, Pekeyongan dan Aditirto

 Rata-rata masjid memiliki mimbar tempat berdiri khatib pada saat khutbah Jum’at. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam, biasanya diletakkan disamping mihrab (tempat imam memimpin sholat jama’ah) dalam masjid. Di Masjid Wonoyoso yang berada di kompleks Pondok Pesantren Salafiyah Wonoyoso Kebumen terdapat sebuah mimbar yang usianya lebih dari 60 tahun. Mimbar berbahan baku kayu nangka itu konon dibuat oleh seorang tukang kayu bernama Tohir yang juga alumni santri Pesantren Salifiah saat kiai Nasokha.
Cerita tentang pembuat mimbar itu NgapakNEWS dapat dari seorang alumni santri Pesantren Salafiah, Salim, yang kini menjadi pengasuh Musala Asy-Syafi’iyyah Murtirejo Kebumen. Selain alumni santri Pesantren Salafiah di tahun 60an, Salim juga pernah nyantri di pesantren MIftakhul Anwar Pekeyongan. Kabarnya juga, Salim pernah jadi ketua GP Ansor kecamatan Klirong.
Menurut cerita Salim, Tohir membuat tiga buah mimbar dengan bentuk dan ukuran yang sama. Bahan bakunya juga sama, dari kayu nangka. “Beliau menebang pohon nangka sendiri lalu mengolahnya menjadi tiga buah mimbar, tanpa ada yang menyuruh dan membayar, Ikhlas,” kata Salim.
Tiga buah mimbar yang sudah jadi lalu dikirim oleh Tohir ke tiga masjid, yakni Masjid Wonoyoso yang ada di Pesantren Salafiah Wonoyoso, masjid yang ada di Pesantren Miftakhul Anwar Pekeyongan Podoluhur Klirong dan masjid di desa Jonggol Aditirto. Tohir juga mengantar sendiri tiga mimbar tesebut dengan gerobak dan hanya dibantu oleh anaknya.
“Tiga mimbar itu diserahkan sendiri oleh Tohir kepada tiga pengasuh Masjid, dengan pesan jika suatu saat rusak, yang akan memperbaiki juga yang membuat mimbar itu,” kata Salim.
Kabarnya, karena keihlasan Tohir pembuat mimbar itu telah telah menjadikannya pergi haji tanpa persiapan sama sekali. Adiknya yang sudah siap-siap naik haji, seminggu sebelum berangkat meninggal dunia. “Tohir diminta berangkat haji menggantikan adiknya yang meninggal dunia seminggu sebelum pemberangkatan,” lanjut salim.
Sekitar tahun 70an, mimbar buatan Tohir yang ada pondok Miftahul Anwar Podoluhur rusak. Sesuai pesan pembuatnya maka dihubungilah Tohir untuk memperbaikinya. “Waktu itu saya yang disuruh menghubungi Haji Tohir Aditirto. Pada saat bertemu beliau, saya sempat bertanya cerita beliau saat berhaji. Dari sinilah terungkap adanya 3 mimbar buatannya yang dihadiahkan ke tiga masjid,” kenang Salim.
Sampai saat ini, ketiga mimbar kembar itu masih tetap dipakai. Disamping masih kokoh dan terawat baik, bentuk desainnya tidak ketinggalan jaman. Anda bisa melihatnya di Masjid Pondok Salafiyah Wonoyoso kelurahan Bumirejo Kebumen, Masjid Pondok Pesantren Miftahul Anwar Pekeyongan Podoluhur Klirong dan masjid lama desa Aditirto kecamatan Pejagoan. (Agus)

Sumber:  NgapakNEWS.com.

No comments:

Post a Comment