Thursday, October 17, 2013

Sejarah Berdirinya Desa Peniron, Kec. Pejagoan, Kab. Kebumen

Peniron masa lampau adalah sebuah belantara dilembah Luk Ulo. Konon yang membuka hutan dan menjadikan daerah pemukiman adalah seorang ulama / kesatria bernama Eyang Rohmanudin alias Mbah Kuwu. Sayangnya, sampai akhir hayatnya Eyang Rohmanudin tidak mempunyai keturunan. Jasadnya dimakamkan di Pemakaman Istana Gede, di dukuh Krajan Peniron. Di pemakaman umum ini, banyak dimakamkan tokoh-tokoh pendahulu Peniron seperti Eyang Rohmanudin, Mbah Kalipancur, Mbah Udadiwangsa dan Mbah Samikarya.

Menyebut sejarah, cerita Peniron tak lepas dari sejarah berdirinya kota Kebumen/Kebumian/Kabumian. Pada saat Ki Bumi, seorang Senopati dari Mataram membuka desa di lembah Luk Ulo sehingga dinamakan Ki-Bumi-an atau Ke-Bumi-an atau sekarang menjadi Kebumen, seorang pengikutnya yaitu Ki Bodroyudo/Eyang Bodroyudo tinggal di Peniron.

Disamping beliau, sejarah Peniron juga mencatat pejuang-pejuang yang lain seperti Eyang Kuntiri, Eyang Ragil, Eyang Nayawedana sang penakluk jin dan membuka hutan menjadi daerah Kebokuning, serta Eyang Drapaita alias Mbah Kalipancur yang dengan menancapkan keris dan keluar air sehingga daerah Kalipancur terdapat mata air yang tak pernah kering. Pejuang Peniron lainnya adalah Eyang Canakrom dan Eyang Guna Wijaya atau Eyang Astaguna atau Mbah Watupecah, seorang empu yang selalu mandi menggunakan api.

Masih banyak lagi tokoh-tokoh dalam sejarah Peniron, tetapi yang mengherankan beberapa sumber sejarah tidak mau bercerita secara detail bahkan menutup diri untuk membuka cerita tokoh-tokoh yang konon memang sengaja dirahasiakan.
Entahlah, mungkin justru dengan adanya rahasia dari tokoh-tokoh di Peniron itulah yang akhirnya menjadikan Peniron punya ciri khas cerita sejarah tersendiri.

Dari sisi pemerintahan, Peniron pertama kali dipimpin oleh Ki Udadiwangsa, konon beliau memimpin Peniron jauh sebelum tahun 1900an. Makam beliau ada di Istana Gede.
Selanjutnya, Peniron dipimpin oleh Ki Ranareja, yang di sebut-sebut sebagai Demang pertama. Salah satu tokoh nasional yang merupakan garis keturunan dari beliau adalah Edi Nalapraya, seorang jenderal yang dulu pernah memimpin IPSI. Atas kepedulian Edi Nalapraya, komplek pemakaman trah Ranareja kini telah dibangun dengan bagus dan rapi.

Setelah Ki Ranareja, pemimpin ketiga Peniron adalah Eyang Tirtawijaya yang tinggal di Bulugantung. Rumah tinggalnya dulu kini ditempati oleh keluarga Bapak Suroso Titodwiatmojo yang merupakan keturunan ketiga. Eyang Tirtawijaya dimakamkan di pemakaman Bulugantung.
Setelah Eyang Tirtawijaya, kepemimpinan Peniron diteruskan oleh putra beliau yaitu Eyang Ketiwijaya/Kusen yang juga ayah dari Bapak Suroso. Makam Eyang Ketiwijaya ada di Bulugantung.
Pemimpin kelima adalah Samikarya. Masa pemerintahannya adalah sesudah kemerdekaan Indonesia (1945). Pada masa itu, Peniron adalah daerah Gelondongan, yaitu sebuah desa koordinator bagi desa-desa sekitarnya, sehingga Kepala Desa waktu itu lebih dikenal sebagai Gelondong. Karena masa itu tidak ada batasan masa jabatan, dia baru berhenti menjadi Kepala Desa pada tahun 1984.

Pemimpin Peniron yang keenam adalah H. Nursodik yang memimpin Peniron selama 16 tahun, dari tahun 1986 – 2002. Beliau dimakam di Pemakaman Umum Karang Cengis.
Pemimpin ketujuh adalah Triyono Adi, yang memimpin Peniron sebagai Kepala Desa sejak tahun 2002 sampai sekarang.

Demikian sekilas tentang cerita sejarah Peniron. Sebagai tulisan rintisan, tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga yang masih memerlukan banyak penyempurnaan. Siapapun masih sangat mungkin untuk menambah cerita sejarah ini karena diharapkan akan menjadi sebuah cerita sejarah yang lengkap, tentu didukung serta diakui oleh warga Peniron sebagai fakta sejarah Peniron. Dengan demikian, akhirnya akan menambah khasanah sejarah Peniron.

Sumber: Wikipedia

No comments:

Post a Comment