Thursday, October 17, 2013

Sejarah Masjid Agung Kebumen, Soko Gurunya dibuat dalam Semalam




Pendiri Masjid Agung Kauman Kebumen
Konon Masjid Agung Kauman Kebumen didirikan pada Tahun 1832 M dengan soko gurunya dibuat dakam semalam. Keberadaanya tidak bisa dilepaskan dari sosok KH. Imanadi, putra Kyai Nurmadin atau Pangeran Nurudin bin Pangeran abdurrahman alias Kyai Marbut Roworejo. Dialah pendiri Masjid Agung Kebumen yang kini sudah berumur 176 tahun. Makam ulama yang diyakini hidup antara tahun 1775-1850 M itu berada di Dusun Pesucen, Desa Wonosari, Kebumen.

Belum ada referensi tertulis yang bisa dijadikan rujukan untuk menyingkap sejarah berdirinya Masjid Agung Kauman Kebumen. Sumber yang bisa dijadikan patokah adalah cerita lisan turun temurun, termasuk dari keturunan K.H. Imanadi yang masih hidup.

K.H. Imanadi merupakan salah satu punggawa Pangeran Diponegoro yang gigih melawan penjajah. Dia diyakini sebagai seorang ahli Fiqih dan hukum ketatanegaraan. Adipati Arumbinang ke-IV yang menjadi penguasa Kebumen saat itu berkenan mengeluarkan K.H. Imanadi dari penjara karena menjadi tahanan politik Belanda. Arumbinang IV konon mendapat wangsit jika ingin kuat maka harus menemui dan bekerja sama dengan K.H. Imanadi. Bahkan K.H. Imanadi diangkat menjadi Penghulu Landrat atau Kepala Depag dan Pengadilan Agama pertama di Kebumen.

Salah satu keturunan ke-6 K.H. Imanadi, M. Sudjangi menuturkan, saat perang Diponegoro (1825-1830), K. H. Imanadi yang paling gigih menentang Belanda. Saat itu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat telah dikuasai Belanda. Penjajah tersebut mengangkat adik Pangeran Diponegoro menjadi Hamengkubowono ke-IV (1814-1822 M). Padahal mestinya Pangeran Diponegoro yang berhak menjadi Sultan.

Kegigihan Imanadi yang pernah bermukim di Mekkah sekaligus menunaikan ibadah haji melanjutkan perjuangan ayahnya K. Nurmadin dan kakeknya Pangeran Abdurrahman atau K. Marbut. K. Marbut diyakini saudara kandung Pangeran Diponegoro yang juga putra kandung Hamengkubuwono ke-3.
Saat itu, Pangeran Abdurrahman diperimtah Keraton Ngayogyakarta untuk mencari kakak kandungnya yakni Kyai Mursid yang pergi entah kemana. Dia kontra dengan Keraton yang telah dikuasai Belanda. Singkat cerita, Pangeran Abdurrahman bertemu dengan Kyai Mursid di tempat lain yang sekarang dinamai desa Roworejo.

Kondisi Bangunan Masjid
Masjid kebanggaan masyarakat Kebumen ini dapat dikatakan besar, sebab ukuran bangunannya sendiri berukuran panjang kurang lebih 50 meter dan lebarnya kurang lebih 25 meter. Masjid ini memiliki dua lantai. Pada lantai bawah terdapat 2 buah bedug dengan ukuran berbeda, yang pertama seperti pada umumnya, sedangkan yang kedua dengan ukuran yang besar, yakni dengna ukuran sebagai berikut :

Bedug Ijo Mangun Sari
Dibuat                       :     Tanggal 15 Sya’ban 1422 H
Ukuran                      :     – p = 260 cm   – d = 160 cm
- k = 500 cm    – d bagian tengah = 180 cm
Jumlah paku           :    108 biji
Bahan                         :    kayu waru

Mengenal ruangan masjid
Pada bagian serambi terdapat kurang lebih 36 tiang sebagai penyangga atap masjid, sedangkan di bagian ruang utama masjid terdapat kurang lebih 19 tiang dengan 8 diantaranya sebagai tiang yang pokok. Pada ruang utama masjid juga terdapat hiasan dinding berupa kaligrafi yang semakin membuat masjid ini tampak begitu indah dipandang dan terasa suasana timur tengah. Sementera itu, di bagian depan terdapat dua buah jam, yaitu sebuah jam Istiwa sebagai penunjuk waktu sholat dan sebuah jam sebagai penunjuk waktu WIB.

Sebagai sarana pendukung kegiatan sholat Jum’at dan sholat Idul Fitri serta Idul Adha, di dalam Masjid Agung terdapat sebuah mimbar sebagai tempat khotbah yang berdiri dengan karpet berwarna biru yang indah dan berukiran kaligrafi.
Suci dari hadas dan najis merupakan bagian dari syarat sahnya sholat, sehingga seperti masjid pada umumnya, masjid ini juga dilengkapi dengan sarana  tempat untuk berwudhu.

Masjid Agung ini juga dilengkapi dengan sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang didirikan sejak tahun 1996 M. Di TPQ ini juga diadakan kegiatan pembinaan tilawatil Qur’an.
Untuk mengembangkan wawasan ilmu para santri, di TPQ ini juga dilengkapi dengan ruang perpustakaan yang di dalamnya terdapat berbagai macam buku bacaaan.

Sumber:AnakBumen dan  Suara Merdeka
 

No comments:

Post a Comment